“KEEP SMILE GUYS !!!......”
Jumat,
26 April 2019 adalah hari free kelas
enam tanpa ada pelajaran khususnya di kelas kami VI-B karena di tahun ini kami
telah usai menempuh Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN).
“ Hai Adi, kamu nggak lupa bawa HP kan?” teriak
Rendy di ujung gang yang sedang menungguku untuk berangkat ke sekolah bersama
seperti biasanya.
“ Iya, aku sudah bawa kok.” Jawabku sambil
melambaikan tangan.
Saat berangkat sekolah aku dan teman-temanku merasa sangat senang sekali karena hari ini kembali guruku akan mengajarkan hal yang baru bagi kami dan pastinya sangat mengasyikkan. Kami tidak tahu akan diajari tentang apa tetapi kami sangat senang jika diajar oleh guru kami yang satu ini. Bu Ria, ya itu nama panggilan guru kami yang selalu menjadi idola bagi kami. Bu Ria orangnya baik, ramah, smart dan lincah. Aku dan teman-teman merasa nyaman dengan Bu Ria karena setiap ada masalah dengan kami Bu Ria selalu memberi nasehat dan sering bercerita tentang kisah-kisah yang baik.
Namaku
Adi, aku tinggal bersama ayah dan nenekku di sebuah kampung yang padat
penduduknya tepatnya di Kota Surabaya. Sebelum pukul 06.00 ayahku sudah
berangkat kerja untuk mencari nafkah dan setiap hari pulang ke rumah sudah
larut malam. Sering juga ayahku pulang saat aku sudah tertidur lelap. Nenekku
sudah tua dan sering sakit-sakitan, jika sakit nenekku sedang kambuh aku pasti
selalu datang terlambat ke sekolah karena harus merawat nenekku dulu di rumah
sampai nenek meminum obatnya setelah sarapan pagi baru aku bisa aku berangkat
ke sekolah. Usiaku sekarang 12 tahun dan sejak beberapa tahun yang lalu ibuku
sudah tidak ada oleh karena itu setiap pagi aku harus bantu nenek untuk siapkan
sarapan. Kasihan nenekku kalau harus bekerja sendiri di dapur karena untuk
berjalan saja ia agak susah dan jika kutanya kenapa, kata nenek kakinya sakit
nyeri kalau jalan karena sudah tua.
“Kriiiinnnngggggg…………..”
bel sekolah pun berbunyi pertanda kegiatan belajar akan dimulai.
“ Asseekkkkk…..” teriakku hampir bersamaan
dengan beberapa teman sekelasku. Seketika kami langsung lari untuk berbaris di
depan kelas dan dengan tertib seperti biasanya kami masuk ke kelas sambil
bersalaman dengan Bu Ria kemudian berdoa bersama.
“ Ayo anak-anak siapa yang belum sempat sarapan
tadi di rumah?” Tanya Bu Ria pada kami semua usai berdoa. Beberapa temanku pun
mengacungkan jarinya kemudian Bu Ria menyuruh mereka untuk membuka bekal nasinya
dan makan secukupnya agar nanti saat kegiatan belajar tidak terganggu dengan
perut yang lapar. Pagi ini Bu Ria meminta kami untuk membawa Handphone masing-masing ke sekolah
bagi yang punya dan harus bisa connect internet, jika ada yang tidak
punya nanti bisa gabung dengan teman yang bawa karena berbagi itu indah tapi
juga jangan lupa senyum. Itu pesan Bu Ria setiap kali memberikan tugas pada
kami.
“ Oke guys……are you ready?” Bu Ria kembali
bertanya.
“ Yes, I am ready….” Jawab kami serempak.
“ Baiklah kalau begitu sekarang keluarkan semua
Handphone yang di bawa dan taruh di
atas meja karena hari ini saya akan mengajak kalian semua untuk membuat komik
dengan menggunakan android.” Ujar Bu Ria.
“ Assseeekkkk…….” Seru anak-anak kompak satu
kelas. Kemudian Bu Ria menjelaskan cara menmbuat komik dengan menggunakan
aplikasi yang ada di Handphone tetapi isi komik membicarakan tentang salah satu
materi pelajaran yang telah kami pelajari.
“ Di, kamu bawa HP ndak?” terdengar pertanyaan
wawan yang duduk di belakang bangkuku.
“ Iya Wan aku bawa, tapi….” Jawabanku terputus.
“ Tapi kenapa ?” Tanya Wawan penasaran.
“ Enggak apa-apa kok Wan.” Jawabku lirih karena
sebenarnya aku malu untuk bercerita pada Wawan.
“ Adi, kenapa HP kamu ?” Wawan terus bertanya
ingin tahu.
“ Nggg….., itu Wan HPku…..”
“ Kenapa Di…… ndak punya paketan ya ?” tebak
Wawan sambil menepuk pundakku.
“ Emmm iyaaa…..” aku menjawab sambil tersenyum
malu.
“ Soalnya aku nggak punya uang buat beli pulsa
paketan. Tadi pagi mau minta uang ke ayahku untuk beli pulsa internet tapi
waktu aku bangun tidur ternyata ayahku sudah berangkat kerja.” Ceritaku pelan
sampai tak terasa pipiku basah.
“ Sudah Di, tidak usah menangis. Tenang saja Bu
Ria pasti tidak akan marah kok, nanti aku kasih hotspot dech.” Kata Wawan
menghiburku.
“ Makasih ya Wan.” Jawabku sambil tersenyum.
Lalu kami pun sibuk memainkan jari-jari pada android untuk membuat komik sesuai
arahan Bu Ria.
Beberapa
saat kemudian datang Bu Mei guru Bahasa Inggris memanggil Bu Ria untuk segera
datang ke kantor.
“ Anak-anak, baiklah sesuai dengan urutan
langkah-langkah yang sudah ibu jelaskan tadi sekarang coba kalian buat komik
masing-masing membuat empat halaman ya. Gambar bebas boleh ambil dari foto yang
ada di galeri HP, bisa juga ambil foto langsung dengan teman atau ambil gambar
dari internet. Kemudian ingat topic yang di bahas dalam komik kali ini adalah
membicarakan tentang pelajaran ya…. Dan tolong tertib jangan membuat gaduh
karena Bu Ria harus ke kantor ada rapat.” Kata Bu Ria
“ Iya bu….” Jawab kami serempak.
Grubyak………. (terdengar suara
gaduh dari dalam kelas sesaat setelah beberapa langkah guruku meninggalkan
kelas). Seketika Bu Ria langsung berbalik arah kembali ke kelas untuk memeriksa
apa yang terjadi.
“ Astaghfirrullahal adzim……..ada apa ini!”
teriak Bu Ria saat mengetahui aku dan Dion berkelahi.
“ Adi dan Dion bu berkelahi.” Teriak Silvi
mencoba menjelaskan apa yang terjadi saat itu.
“ Sudah-sudah….anak-anak yang lain kembali
duduk ke bangkunya. Adi dan Dion kemari!” perintah Bu Ria. Kami pun segera
bangun dan mendekat.
“ Kenapa lagi?” Tanya Bu Ria pelan.
“ Itu bu, Adi membanting saya ke lantai.” Dion
mengadu
“ Dion duluan bu mengolok saya.” Kujawab dengan
suara pelan.
“ Hemmm…..Adi, Dion, ini sudah ke sekian
kalinya lho sayang. Kalian tidak capek kah bertengkar dan berkelahi
terus-terusan?” ucap Bu Ria dengan memandangi kami satu persatu.
“ Oke, ulurkan satu tangan kalian!” Bu Ria
mengeluarkan sebuah saputangan dari saku bajunya kemudian mengikat tangan
kiriku dengan tangan kanan Dion.
“ Adi, Dion. Ibu minta tolong jangan buka
ikatan ini sampai bel sekolah berbunyi apapun yang terjadi karena ini adalah
hukuman kalian, paham?” perintah Bu Ria pada kami berdua.
“ Baik bu.” Jawab kami serempak.
“ Ya sudah kembali duduk dan kerjakan tugas
kalian ya tapi ingat tidak boleh membuka ikatan tangan, sanggup?” Tanya Bu Ria.
“ Iya bu.” Kami pun duduk sebangku karena
tangan kami terikat. Melihat kami duduk dan mulai mengerjakan tugas, Bu Ria
melangkah pergi meninggalkan kelas untuk rapat di ruang guru. Aku dan Dion
mengerjakan tugas dari guru menggunakan satu tangan kami yang tidak terikat.
Sangat sulit sekali rasanya dan bagaimana bisa cepat selesai kalau seperti ini.
“ Aduhhh….kenapa aku tadi bertengkar dengan
Dion.” Keluhku dalam hati.
Kkrrriiinnngggg…..(
bel sekolah berbunyi dua kali pertanda waktu istirahat, semua siswa berlarian
keluar kelas untuk memanfaatkan waktu istirahat dengan bersantai dan ada juga yang
bermain di lapangan)
“Ayo Di….” Ucap Dion padaku dengan berdiri dan
menarik tanganku yang terikat dengannya.
“ Aduh, pelan-pelan dong. Mau kemana se kamu?”
sahutku karena kaget.
“ Ayo cepetan ke kamar mandi aku sudah ndak
tahan ini mau buang air kecil” keluh Dion dengan menarikku.
“ Haaahh….kamu sendiri saja Dion, aku ndak mau
ikut.” Jawabku
“ Kamu ini gimana sih Di, kan tangan kita
terikat dan tidak boleh dilepas sampai nanti siang kan kata Bu Ria.” Jelas Dion
mengingatkanku.
“ Aduhh……” Dengan terpaksa akupun ikut Dion ke
kamar kecil dengan menutup hidungku dengan tanganku yang satu lagi.
“ Hehehe….enak kan Di baunya?” kata Dion
menggodaku saat keluar kamar kecil.
“ Apanya yang enak, huh…!” kataku menggerutu.
“ Ayo kita ke kantin sekarang, aku lapar
sekali.” Ajakku pada Dion.
“ OK…” Jawab Dion. Saat di kantin aku dan Dion
pun duduk bersebelahan dan menghadapi makanan yang kami pesan lalu kami mulai
makan.
“ Gimana sih kamu Di, bajuku kotor ini terkena
tumpahan makanan karena tersenggol tanganmu.” Keluh Dion.
“ Aku juga tidak bisa makan ini Dion.” Ucapku.
“ Iya ya kalau tangan kita terikat seperti ini
kita tidak bisa makan.” Kata Dion.
“ Iya betul juga kamu Dion, maafkan aku ya Dion
aku tadi sudah marah sama kamu. Aku sadar sekarang kalau aku tidak bisa hidup
sendiri. Aku sadar kalau berteman kita harus saling menghargai dan menghormati.
Maafkan aku ya Dion, aku suapin kamu ya biar kamu bisa makan.” Akupun menyesal
dan minta maaf.
“ Maafkan aku juga ya Di, aku janji tidak akan
mengejek kamu lagi. Ayo kita saling menyuapi biar sama-sama kenyang” jawab
Dion. Lalu kami pun makan dengan bergantian menyuapi.
Pukul
11.45 kegiatan belajar di sekolah telah usai, kami pun bergegas untuk merapikan
peralatan sekolah setelah mendengar bel berbunyi.
“ OK guys keep smile….. kegiatan kita sudah
selesai untuk hari ini jadi komik yang sudah jadi bisa di kumpulkan dengan cara
kirim ke Bu Ria melalui wathsapp ya.” Kata Bu Ria mengakhiri pembelajaran.
Siswa pun kemudian berdoa dan bersalaman sambil keluar kelas dan pulang ke
rumah masing-masing.
“ Adi, Dion…teman-temanmu sudah pulang semua
kenapa kalian masih duduk di bangku?” Tanya Bu Ria menghampiri kami.
“ Maafkan Adi bu, saya yang salah tadi bu bukan
Dion.” Ucapku dengan menangis.
“ Tidak bu, bukan Adi yang salah tapi saya bu
tadi saya yang mengejek Adi duluan.” Sahut Dion.
“ Kenapa kalian minta maaf ke ibu sayang…..”
kata Bu Ria pelan sambil tersenyum dan memegang pundak kami. Melihat senyum Bu
Ria kami mengerti bahwa Bu Ria ingin kami saling memaafkan, akhirnya aku dan
Dion pun saling meminta maaf dan berpelukan.
“ Nah…. Akhirnya kalian mengerti maksud ibu kan
kenapa tadi Bu Ria tidak memarahi kalian tetapi malah mengikat tangan kalian
berdua nak.” Ucap Bu Ria sambil melepaskan ikatan di tangan kami.
“ Iya bu, kami sadar kalau kami harus saling
menghormati dan tidak boleh mudah marah.” Jawabku.
“ Syukurlah. Ya sudah kalau begitu sekarang ayo
senyum kemudian hapus air mata kamu Adi dan segera pulang ke rumah ya, kamu
juga Dion!” Bu Ria menyuruh kami pulang.
“ Iya bu terimakasih.” Jawabku dan Dion hampir
bersamaan.
Kemudian aku dan Dion pulang bersama-sama.
Sejak saat itulah kami menjadi teman baik dan sangat akrab, kami pun selalu
saling membantu jika mengalami kesulitan. Terimakasih Bu Ria bimbinganmu sangat
berkesan di hati kami karena selalu ada senyum di bibirmu untuk kami dan tak
pernah lupa selalu kau ucapkan “Keep
Smile Guys” saat mengajar dan membimbing kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar