Jumat, 11 Desember 2020

Mama, Senyummu Obatku

 

MAMA, SENYUMMU OBATKU

TITIK SUPRIATI, S. Pd

 

16°C suhu kamar ini tapi terasa dinginnya menusuk ke tulangku, sepi dan sendirian aku hanya berbaring terdiam memandang layar televisi di dinding yang terus menyala, sesekali kuusap layar handphone seolah lama sekali waktu berjalan. 08.30 WIB ruang teratai kamar 209, Jombang/20 Oktober 2007, perempuan. Beberapa data tentangku tercantum di samping tempat tidurku yang sekarang. Saat ini usiaku 12 tahun, aku duduk di bangku sekolah dasar kelas enam dan masih semester satu. Ibuku adalah seorang guru sekolah dasar tetapi tidak mengajar di tempat aku sekolah sekarang. Aku tinggal di sebuah kota yang disebut sebagai Kota Pahlawan yaitu Kota Surabaya. Aku juga memiliki seorang adik perempuan berusia hampir tiga tahun yang sangat lucu dan suka usil juga seperti satpam di rumah, hahaha...... bagaimana tidak, contohnya saja di satu sore dia pulang ke rumah setelah seharian dititipkan ke rumah yang mengasuhnya saat itu dia lari sambil teriak memanggil mama dengan masuk ke rumah tiba – tiba berhenti di sebelahku dan marah – marah karena dia tahu tas sekolah juga bukuku berserakan. Ya, satpam kecil bagiku yang menggemaskan.

Meskipun hanya tinggal bertiga saja dengan mama, hari - hari kami lewati dengan penuh canda. Saat aku bangun pagi selalu kulihat mama sudah selesai memasak untuk makan pagi dan bekal kami. Nana, nama adikku yang lucu selalu bangun dan mandi lebih dulu dariku tentu saja karena dia masih selalu dibantu mama dan seperti biasa pula mandi pagi berendam di bak mandinya yang penuh dengan mainan sambil disuapi oleh mama.

“Assalamualaikum Tiana.....” terdengar suara menyapaku seraya pintu kamarku terbuka.

“Oh...waalaikumsalam dok” jawabku singkat

“Cantik......bagaimana kondisinya sekarang?” tanyanya sambil memeriksa kesehatanku dan menulis di buku catatannya.

“Iya dok, masih lemas” jawabku

“iya, cantik sabar ya...sementara harus istirahat total dulu belum boleh pulang kalau masih belum sehat betul. Ini dokter sudah tuliskan beberapa pesan buat mama nanti kalau mama kembali tolong disampaikan ya.” pesan dokter sambil keluar dari kamarku.

Drrrtt...drrrtttt... suara getar handphoneku di meja, ada pesan whatsapp dari mama “Kakak....jangan sisakan makanan dari perawat ya sayang, harus habis dimakan biar cepat sembuh ya nak. Mama kerja dulu nanti siang baru nemenin kakak lagi. Oh iya kak, nanti sore Uti dari Jombang datang ikut nemenin kakak di rumah sakit biar nggak kesepian. Mama kerja dulu ya kak, kalau ada apa – apa segera pencet bel di samping bantal ya dan jangan lupa kabari mama”. Suara azan ashar sudah terdengar sampai di kamarku tapi mana mama, kenapa belum datang juga. Tiba – tiba pintu kamar terbuka ternyata benar kata mama kalau sore ini Uti dari Jombang datang. Dia masuk ke kamarku dan memelukku erat sambil menangis karena rindu.

“Mama mana kak?” tanya Uti

“Tadi kerja Ti, belum datang.” Jawabku

“Ya sudah tidak apa – apa biar mama urus kerjanya dulu kan sudah ada Uti di sini nemani kakak.” Kata Uti menghiburku.

Sudah hampir magrhib tapi kemana mama kenapa belum datang juga, juga tidak ada pesan whatsapp dari mama lagi padahal tadi pagi mama bilang akan datang siang setelah kerja.

“Kakak....kakak.....” terdengar suara anak kecil dari balik pintu kamar. Sepertinya itu suara yang sangat aku kenal, iya betul itu suara Nana si satpam kecil adikku, tapi apa aku tidak salah dengar bukannya mama bilang kalau anak di bawah 5 tahun tidak boleh diajak menjenguk ke rumah sakit. Perlahan pintu terbuka dan muncul sosok gadis kecil berlari kearahku serta memanggilku dengan bertepuk tangan, sempat aku bingung apa yang dia maksud karena adikku belum jelas bicaranya. Tiba – tiba pintu terbuka lagi dan terdengar suara mama menyanyikan lagu ulang tahun dengan membawa kue ulang tahun di tangannya berjalan kearahku tapi mama tidak melanjutkan nyanyiannya dan sempat menoleh ke belakang, sempat aku perhatikan juga ternyata mama berusaha menahan air matanya dan berusaha tersenyum serta berkata

“Selamat Ulang Tahun kakak....cepat sehat lagi ya sayang maafin mama datang terlambat karena jemput adik dulu biar kakak lebih semangat, ayooo senyum dong kakak....kan ulang tahun....”.

Sungguh aku tidak menduganya kalau ternyata mama datang terlambat untuk memberiku kejutan di hari ulang tahunku ini. Betapa hebatnya mamaku, dia harus kerja sendirian untuk mencari nafkah dan selalu mengurus semua kebutuhanku juga adikku. Ya 20 Oktober adalah hari ulang tahunku sama persis dengan mama yang juga berulang tahun di tanggal ini.

“Terimakasih mama....” sambutku pelan dengan senym gembira.

“Iya sayang cepat sembuh ya nak...” jawab mama sambil memelukku erat dan lama sekali. Terasa hangat pelukan mama membuatku sangat bahagia di ulang tahunku kali ini meskipun tahun ini aku merayakannya di rumah sakit karena harus dirawat akibat dehidrasi dan infeksi saluran kencing.

Mama....aku tahu kau selalu berusaha menutupi semua kesedihan dan lelahmu di depanku. Kau selalu ada untukku dan adikku, meski ayah sudah tidak ada aku sepertinya tidak merasa kehilangan karena rasanya mama selalu ada sebagai ibu dan juga sosok ayah yang selalu melindungiku dan adikku. Terimakasih tuhan....engkau berikan mama yang hebat untukku dan adikku, mamaku adalah pahlawan bagiku. Tuhan....tolong tetap lindungi mama untukku dan adikku, jaga kami agar selalu bahagia. Terimakasih mama......aku sayang mama, kelak dewasa aku ingin seperti mama yang selalu kuat sekuat batu karang.  Mama........... tetaplah tersenyum karena senyum mama selayaknya obat di saat sakitku, Love You Mama....                                                                                                                             

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Guru Maya