“MAMA, SENYUMMU OBATKU”
TITIK
SUPRIATI, S. Pd
16°C
suhu kamar ini tapi terasa dinginnya menusuk ke tulangku, sepi dan sendirian
aku hanya berbaring terdiam memandang layar televisi di dinding yang terus
menyala, sesekali kuusap layar handphone seolah lama sekali waktu berjalan.
08.30 WIB ruang teratai kamar 209, Jombang/20 Oktober 2007, perempuan. Beberapa
data tentangku tercantum di samping tempat tidurku yang sekarang. Saat ini
usiaku 12 tahun, aku duduk di bangku sekolah dasar kelas enam dan masih
semester satu. Ibuku adalah seorang guru sekolah dasar tetapi tidak mengajar di
tempat aku sekolah sekarang. Aku tinggal di sebuah kota yang disebut sebagai
Kota Pahlawan yaitu Kota Surabaya. Aku juga memiliki seorang adik perempuan
berusia hampir tiga tahun yang sangat lucu dan suka usil juga seperti satpam di
rumah, hahaha...... bagaimana tidak, contohnya saja di satu sore dia pulang ke
rumah setelah seharian dititipkan ke rumah yang mengasuhnya saat itu dia lari
sambil teriak memanggil mama dengan masuk ke rumah tiba – tiba berhenti di
sebelahku dan marah – marah karena dia tahu tas sekolah juga bukuku berserakan.
Ya, satpam kecil bagiku yang menggemaskan.
Meskipun hanya tinggal bertiga saja dengan mama, hari - hari kami lewati dengan penuh canda. Saat aku bangun pagi selalu kulihat mama sudah selesai memasak untuk makan pagi dan bekal kami. Nana, nama adikku yang lucu selalu bangun dan mandi lebih dulu dariku tentu saja karena dia masih selalu dibantu mama dan seperti biasa pula mandi pagi berendam di bak mandinya yang penuh dengan mainan sambil disuapi oleh mama.
“Assalamualaikum
Tiana.....” terdengar suara menyapaku seraya pintu kamarku terbuka.
“Oh...waalaikumsalam
dok” jawabku singkat
“Cantik......bagaimana
kondisinya sekarang?” tanyanya sambil memeriksa kesehatanku dan menulis di buku
catatannya.
“Iya
dok, masih lemas” jawabku
“iya,
cantik sabar ya...sementara harus istirahat total dulu belum boleh pulang kalau
masih belum sehat betul. Ini dokter sudah tuliskan beberapa pesan buat mama
nanti kalau mama kembali tolong disampaikan ya.” pesan dokter sambil keluar
dari kamarku.
Drrrtt...drrrtttt...
suara getar handphoneku di meja, ada pesan whatsapp dari mama “Kakak....jangan
sisakan makanan dari perawat ya sayang, harus habis dimakan biar cepat sembuh
ya nak. Mama kerja dulu nanti siang baru nemenin kakak lagi. Oh iya kak, nanti
sore Uti dari Jombang datang ikut nemenin kakak di rumah sakit biar nggak
kesepian. Mama kerja dulu ya kak, kalau ada apa – apa segera pencet bel di
samping bantal ya dan jangan lupa kabari mama”. Suara azan ashar sudah
terdengar sampai di kamarku tapi mana mama, kenapa belum datang juga. Tiba –
tiba pintu kamar terbuka ternyata benar kata mama kalau sore ini Uti dari
Jombang datang. Dia masuk ke kamarku dan memelukku erat sambil menangis karena
rindu.
“Mama
mana kak?” tanya Uti
“Tadi
kerja Ti, belum datang.” Jawabku
“Ya
sudah tidak apa – apa biar mama urus kerjanya dulu kan sudah ada Uti di sini
nemani kakak.” Kata Uti menghiburku.
Sudah
hampir magrhib tapi kemana mama kenapa belum datang juga, juga tidak ada pesan
whatsapp dari mama lagi padahal tadi pagi mama bilang akan datang siang setelah
kerja.
“Kakak....kakak.....”
terdengar suara anak kecil dari balik pintu kamar. Sepertinya itu suara yang sangat
aku kenal, iya betul itu suara Nana si satpam kecil adikku, tapi apa aku tidak
salah dengar bukannya mama bilang kalau anak di bawah 5 tahun tidak boleh
diajak menjenguk ke rumah sakit. Perlahan pintu terbuka dan muncul sosok gadis
kecil berlari kearahku serta memanggilku dengan bertepuk tangan, sempat aku
bingung apa yang dia maksud karena adikku belum jelas bicaranya. Tiba – tiba
pintu terbuka lagi dan terdengar suara mama menyanyikan lagu ulang tahun dengan
membawa kue ulang tahun di tangannya berjalan kearahku tapi mama tidak
melanjutkan nyanyiannya dan sempat menoleh ke belakang, sempat aku perhatikan
juga ternyata mama berusaha menahan air matanya dan berusaha tersenyum serta
berkata
“Selamat
Ulang Tahun kakak....cepat sehat lagi ya sayang maafin mama datang terlambat
karena jemput adik dulu biar kakak lebih semangat, ayooo senyum dong
kakak....kan ulang tahun....”.
Sungguh
aku tidak menduganya kalau ternyata mama datang terlambat untuk memberiku
kejutan di hari ulang tahunku ini. Betapa hebatnya mamaku, dia harus kerja
sendirian untuk mencari nafkah dan selalu mengurus semua kebutuhanku juga
adikku. Ya 20 Oktober adalah hari ulang tahunku sama persis dengan mama yang
juga berulang tahun di tanggal ini.
“Terimakasih
mama....” sambutku pelan dengan senym gembira.
“Iya
sayang cepat sembuh ya nak...” jawab mama sambil memelukku erat dan lama
sekali. Terasa hangat pelukan mama membuatku sangat bahagia di ulang tahunku
kali ini meskipun tahun ini aku merayakannya di rumah sakit karena harus
dirawat akibat dehidrasi dan infeksi saluran kencing.
Mama....aku
tahu kau selalu berusaha menutupi semua kesedihan dan lelahmu di depanku. Kau
selalu ada untukku dan adikku, meski ayah sudah tidak ada aku sepertinya tidak
merasa kehilangan karena rasanya mama selalu ada sebagai ibu dan juga sosok
ayah yang selalu melindungiku dan adikku. Terimakasih tuhan....engkau berikan
mama yang hebat untukku dan adikku, mamaku adalah pahlawan bagiku.
Tuhan....tolong tetap lindungi mama untukku dan adikku, jaga kami agar selalu
bahagia. Terimakasih mama......aku sayang mama, kelak dewasa aku ingin seperti
mama yang selalu kuat sekuat batu karang.
Mama........... tetaplah tersenyum karena senyum mama selayaknya obat di
saat sakitku, Love You Mama....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar